Sitoingcantik's Blog

Archive for the ‘ME & MY SPIRITUAL LIFE’ Category

Sejak tahun 2010 lalu, saya dan beberapa teman mencoba untuk mendisiplinkan diri melakukan ziarah ke 9 gua Maria di seputar Jakarta dan sekitarnya, setiap bulan Mei dan Oktober.  Puji Tuhan, sampai Oktober 2012 ini  kami boleh menyelesaikan ziarah gua Maria yang ke 5.

Yang unik, pada setiap perjalanan ziarah gua Maria yg kami lakukan, selalu saja ada hal-hal menarik yang kami alami. Oktober ini kami selesaikan dalam 2x perjalanan. Tanggal 16 Oktober kami mengunjungi 4 gua Maria di 4 paroki yaitu paroki St. Mathias Rasul di  Kosambi, paroki Trinitas di Cengkareng, paroki St. Philipus Rasul di Teluk Gong dan St. Andreas di Green Garden.  Selain paroki yang terakhir yang sudah beberapa kali kami kunjungi, maka 3 paroki yang pertama sama sekali belum pernah kami kunjungi.  Sehingga hanya dengan berbekal alamat dan google maps, kami berusaha mencari lokasi ke 3 paroki.  Dan yang terjadi adalah, setiap kami mulai merasa tidak sabar dan bertanya-tanya “Mana siiiih …. gerejanya?” tiba – tiba saja  gereja yang dituju sudah didepan mata !!

Di Kosambi, kami sempat sedikit nyasar.  2 dari kami pernah secara tidak sengaja menemukan gereja St. Mathias Rasul ini.  Maka ada sedikit ingatan tentang lokasinya.  Tapi jalanan yang kami lalui koq rasanya tidak cocok dengan gambaran yang pernah terekam dalam ingatan kami.  Namun meski ragu, kami teruskan berjalan berdasarkan insting saja.  Dan ketika keraguan hampir menguasai, tiba-tiba saja gedung gereja sudah terpampang megah disebelah kanan kami.

Kemudian perjalanan dilanjutkan ke paroki Trinitas.  Jalan yang kami lalui tidak terlalu lebar dan cukup padat baik lalu lintasnya maupun penduduknya.  Sempat sedikit ragu lagi, karena yang ditemui justru 2 buah masjid yang cukup megah. Hmm, apa iya ada gereja di area ini ? Dan lagi-lagi, ketika keraguan muncul, munucl pula segera salib besar di puncak gereja Trinitas.

Menuju Teluk Gong, sempat agak ragu (lagi) karena sepanjang yang kami ketahui, daerah sana biasanya macet.  Jadi sambil jalan, kami bertanya via bbm dan whatsapp, jalan pintas supaya tidak kena macet.  Tapi sebelnya, setiap kali dapat jawaban, setiap kali itu juga jalan pintasnya baruuuuu kami lewati.  Jadi nggak bisa masuk. Akhirnya kami putuskan menyusuri dari ujung jalan Teluk Gong. Puji Tuhan, lalu lintasnya tidak terlalu macet, malah cenderung agak lengang.  Tapi mana ya gerejanya ? Katanya nggak jauh dari pasar. Ini pasar udah lewat koq ……… Belum selesai pertanyaan terlontar, tiba-tiba ada papan nama gereja di sebelah kiri.  Wow, Bunda bener-bener deh ….. ngasitau nya koq nge pas bener.

Lalu pada perjalanan ke 2, tgl 23 Oktober kami mengunjungi 5 paroki : 2 di Sunter, Pademangan, Katedral dan Kemakmuran. Kali ini beda lagi. 2 paroki di Sunter dan 1 di Pademangan sama sekali tidak kami ketahui letak dan  alamatnya. Judulnya benr-bener nekad!!  Berangkatnya juga maceeet banget. Tapi karena kita berempat, enjoy aja !!

Sampai di Sunter, teman yang nyupir cuma bilang “Nah kita udah di Sunter, kemana kita ?”. Waktu di cari di google map, ketemunya gereja Kristen.  Lagi sibuk liat google maps dan bbm teman, tiba-tiba ketika mengangkat kepala, koq langsung ada plang “Gereja Katolik Don Bosco”. Dan dengan menyusuri jalan yang ditunjukkan panah di plang, sampailah kami disana.

 Setelah berdoa sejenak di gua Maria yang cantik dan mau melanjutkan ke gereja Sunter satunya lagi, nggak tau namanya, kami berniat mencari tau di sekretariat paroki.  Baru kami masuk dan bertanya pada petugas sekretariat, koq ya si mbak bukan menjawab pertanyaan kami, malah menunjuk pada 1 orang bapak yang kelihatannya juga tamu disana, dan berkata “Pak, kamu kan mau pulang ya ? Tuh ada yang mau ke paroki sana”  Rupanya bapak tersebut,

pak Tigor,  berasal dari paroki itu, St. Lukas Penginjil ternyata namanya, dan mau pulang kesana. Dengan murah hati pak Tigor menawarkan diri utk memandu kami dengan motornya.  Maka jadilah kami mengikuti pak Tigor yang mengendarai motornya dengan sabar sehingga kami bisa sampai disana. Trima kasih banyak pak Tigor !!

Dari gereja St. Lukas Penginjil ini, setelah selesai doa di gua, lagi-lagi kami berniat bertanya ke sekretariat alamat gereja di Pademangan. Dan lagi-lagi ……. bunda memberi kami “Bintang Timur”.  Mirip kejadian di paroki Don Bosco, di sekretariat ada ibu Siska, guru agama di salah 1 sekolah di Pademangan yang mau pulang ke sekolahnya. Ketika petugas secretariat sedang agak bingung untuk menjelaskan jalan menuju kesana, ibu Siska memotong dan bertanya apakah kami mau kesana.  Dan jadilah ibu Siska memandu kami sampai tiba di greja Alfonsus Rodriguez, Pademangan. Sungguh, kalau tidak di pandu, rasanya kami tidak akan pernah sampai kesana. Jalannya sulit banget utk kami yang memang buta daerah sana. Sungguh cuma atas perkenanan sang Bunda saja kami bisa sampai di ke 3 paroki tersebut.  Puji Tuhan !! Dan itu semua kami selesaikan hanya dalam 3 jam !! Pk 12 tepat kami bisa berdoa Angelus di depan Bunda di Pademangan. Believe it or not!!

Dari sana kami masih sempat isi perut di ITC Mangga Dua, cuci mata sejenak, lalu lanjut ke Katedral yang tidak pernah bosan kami kunjungi. Setelah itu, tadinya kami sudah mau pulang, karena sudah jam 3 sore dan salah satu teman harus menjemput anaknya di

sekolah jam 4. Padahal tanggung nih, kurang 1 lagi!! Tapi tiba-tiba ………… lagi-lagi Bunda mau dan mengijinkan kami melengkapi ziarah kami.  Putra sulung teman kami bbm mamanya dan bilang dengan suka rela mau jemput adiknya, sehingga kami tidak harus pulang jam 4.  Akhirnya spontan saja kami putuskan untuk ke gua Maria di paroki Bunda Hati Kudus di Kemakmuran. Sempat kelewatan pintu masuknya sehingga harus mundur pelan-pelan, sempat bingung cari gua Marianya, eh ada ibu-ibu yang menunjukkan jalan.

Aduh Bunda …. ga habis-habisnya kami mensyukuri semua kemudahan ini.  Ziarah kami ke 5 paroki yang tadinya nggak kebayang sama sekali dimana letaknya itu ditutup dengan minum jus kopyor Kedungsari …. hmm nikmaaat banget !! Dan percaya ga percaya, kami sampai dirumah pk 4.30. Perjalanan pulang relatif lancar jaya. Terima kasih Bunda terkasih, sudah menyertai dan menuntun kami untuk mengunjungi rumah2 mu di berbagai paroki dan menyelesaikan ziarah 9 gua Maria di bulan Oktober ini.  Tidak sabar rasanya untuk mengunjungi rumah Bunda yang lain lagi di bulan Mei 2013 nanti.

November 2012

Peristiwa ini terjadinya sudah lama sekali, September 1999. Waktu itu Nusa, suamiku masih aktif di IMBI (Ikatan Motor Besar Indonesia), dan tanggal 9 – 12 September itu ada Munas (Musyawarah Nasional) IMBI di Bali. Karena Nusa termasuk pengurus, jadilah kami berangkat lebih awal dan pulang lebih belakang, biasa kan ……… seksi repot  Perjalanan berangkat dan semua acara selama di Bali berjalan lancar dan aman. Ratusan moge berkumpul, seru juga. Selesai acara, perjalanan pulang tidak lagi dalam rombongan besar seperti waktu berangkat, tapi bertahap dalam beberapa rombongan kecil. Berhubung panitia sudah teler, 4 motor dengan 7 penumpang memutuskan extend dan pulang belakangan. Saya dan Nusa, Ferry dan Sientje, Jericho dan istrinya (wah … lali aku …maaf ya) dan Frans sendirian.

Dari Bali, menyebrang Banyuwangi, semua aman dan santai, karena kita tinggal ber 4 motor + 1 mobil. Karena cuma sedikit, ngaturnya gampang (nggak seperti bawa rombongan besar, ribet !!) Kalo istri-istri ada yg cape, pindah ke mobil, nanti kalo sudah segar lagi, nangkring di boncengan lagi, yah ……… gitulah nasib jadi ‘boncenger’.

Perjalanan menuju Batu, Malang ditempuh agak lama sehingga waktu tiba yang direncanakan sore hari menjadi agak terlambat dan cuaca mulai gelap. Tapi toh semua bisa terlewati dengan baik, meskipun cukup menegangkan karena banyak truk dan jalanannya agak licin dan menanjak. Setiba di hotel, semua merasa lega dan segera beristirahat di kamar masing-masing.

Keesokan paginya, rombongan kecil ini berencana akan langsung menuju Semarang, menginap semalam disana, lalu besoknya lagi dari Semarang langsung Jakarta. Nah … karena merasa sudah ‘tinggal dikit lagi’, dan sudah berhari-hari kita semua di atas motor, dan cuma tinggal 4 motor saja (yang notabene rider-nya sudah senior semua) entah kenapa perjalanan pagi itu tidak dimulai dengan doa bersama. Selain karena agak kesiangan juga, pagi itu kami semua cepat-cepat sarapan, masing-masing sibuk membereskan barang bawaan, lalu langsung berangkat.

Cuaca cerah, jalanan juga lancar, sehingga kita semua mengawali perjalanan dengan santai saja. Di daerah sekitar Pujon yang agak berkelok-kelok dan naik turun, saya mulai merasa ada yang nggak beres. Entah bagaimana, saya koq seperti orang yang belum pernah diboncengin motor. Rasanya posisi duduk nggak bisa bener. Selain itu badan saya rasanya kaku banget, nggak bisa ngikutin & ngimbangin maneuver-manuver Nusa. Sampai-sampai Nusa merasa perlu menegur saya “duduknya yang bener dong!”. Waktu itu saya cuma diam saja, karena memang sesungguhnya saya merasa kalo posisi saya memang nggak nyaman. Saat itu posisi motor kami ada di urutan ke 3, jadi dibelakang kita masih ada 1 motor lagi yang sendirian, yaitu Frans. Karena kondisi ‘ga ngenakin’ tadi, otomatis Nusa agak lambat mengendarainya, karena jalanannya seperti Puncak. Mungkin Frans di belakang kami jadi agak bete dan ngantuk karena harus berjalan pelan, sehingga disuatu tikungan dia menyalib kita dan diberi jalan oleh Nusa. Jadilah kami di posisi paling belakang dan tertinggal agak jauh (kalau naik moge, yang dibilang ‘jauh’ itu hitungannya sih cuma 5 – 10 detik aja). Nusa sempet complain lagi sama saya, ”jangan terlalu kiri dong duduknya”. Padahal saya merasa sudah duduk ditengah-tengah, tapi memang tetap aja masih nggak nyaman rasanya. Sempet saya doa sepintas “duh Tuhan, kenapa sih saya begini, bisa-bisa saya membahayakan Nusa nih kalo gini terus. Tolong dong gimana caranya …..”

Saat itu juga tikungan tajam menurun ke kanan, Frans baru saja hilang dari pandangan kami beberapa detik, lalu kami juga ikut berbelok ………. Dan apa yang kami lihat ??? Frans sudah tergeletak diam ditengah jalan persis didepan sebuah …… truk!!! Motornya sudah tergeletak, sebagian badan motor ada dibawah bemper truk. Untungnya saat itu saya dan Nusa tidak panik. Nusa langsung berhenti di kiri, saya lepaskan intercom yang tersambung dengan Nusa dan segera loncat turun. Saya segera membereskan side-box Frans yang terlempar, juga spion yang patah. Sedangkan Nusa dibantu penduduk setempat dan kenek truk memindahkan Frans ke tepi kanan jalan yang lebih teduh dan ada rerumputannya. Kelihatannya Frans sempat pingsan,karena ketika diangkat ia diam saja, tapi tidak lama. Karena waktu sampai di tepi jalan dia mulai mengerang kesakitan.

Karena lokasi kejadian ditengah gunung, saat itu tidak ada sinyal hp. Sehingga kita tidak bisa menghubungi kedua motor yang sudah jauh di depan. Akhirnya Nusa memutuskan untuk mencari wartel terdekat. Jadilah saya ditinggal dipinggir jalan dengan Frans yang terbaring lemah dan tidak bisa bergerak (belakangan diketahui kalau tulang panggulnya retak). Nah saat itulah ……….. kaki saya tiba-tiba saja gemetaran dan lemas sekali, nyaris tidak bisa berdiri. Sehingga saya terpaksa berjongkok disebelah Frans. Saat itulah, baru terpikir oleh saya, ini semua terjadi karena tadi pagi kita semua tidak berdoa sebelum berangkat. Ya, pasti karena itu !! Untungnya Tuhan masih sayang pada saya dan Nusa dengan cara membuat saya tidak nyaman diatas motor. Bayangkan saja, seandainya semua nyaman-nyaman saja seperti biasa, pasti Nusa akan menjalankan motornya lebih kencang, dan Frans tidak menyusul kita, dan ……… kitalah yang bakal berhadapan dengan truk itu !!!

Kejadian itu betul-betul membuat saya berusaha untuk tidak pernah lupa berdoa setiap mau berangkat kemanapun. Sesingkat apapun, walau sekedar mengatakan “Tuhan, jagain ya … aku mau berangkat nih!”, saya usahakan untuk terucap dalam hati.

Singkat cerita, setelah Nusa berhasil menghubungi teman di 2 motor yang sudah mendahului kita dan mereka akhirnya balik. Keadaan segera diatasi, motor Frans diangkut dengan truk, Fransnya naik mobil, dan kita 3 motor yang lain tetap meneruskan perjalanan ke Semarang. Dan …… percaya ga percaya, saya langsung merasa nyaman seperti biasanya. Badan saya nggak kaku lagi untuk ngikutin maneuver-manuver Nusa di jalan yang masih lumayan banyak tikungannya. Kita semua sampai di Semarang dengan selamat.

So please, apapun agama kita, selalu ……sempatkan deh berdoa setiap mau melakukan sesuatu. Apapun yang kita kerjakan dalam nama Tuhan pasti akan selamat, dan sebaliknya, tanpa Dia ……… wah ga tau deh …..

Jangan lupa doa ya ……

(pernah di post di blog lama saya : “Curhat si Toing” – May, 21 2007)

Setiap kali ada teman yang bertanya, “wah ngapain sih kamu sibuk melulu di gereja?” Biasanya saya akan menjawab “yaaa … selama bisa, kenapa nggak ? Sekedar nabung cicilan rumah abadi nanti.” Sebetulnya jawaban saya terinspirasi oleh cerita dibawah ini. Sudah lama sekali saya pernah membaca kisah ini, tapi waktu saya cari untuk di post, koq nggak ketemu. Baru sekarang ketemu, ada yang share di Facebook. Jadi sekarang saya mau share dengan teman-teman semua.

Selamat menikmati.

Sebuah kisah tentang seorang ibu yang selama hidupnya berenang dalam gaya hidup yang mewah. Ia memiliki sebuah rumah yang besar, para pembantu yang banyak, mobil yang tidak hanya nampak indah tetapi juga mahal. Ia sungguh menikmati hidupnya.

Kendatipun ia begitu kaya, pada akhirnya ia meninggal juga. Ketika tiba di gerbang surga, ia dihantar oleh seorang malaekat menuju rumah penginapannya yang abadi di surga. Mereka melewati istana megah, indah dan mewah. Wanita tersebut berpikir bahwa rumah tersebutlah yang akan menjadi tempat di mana ia akan menikmati kebahagiaan abadi di surga. Namun di luar dugaannya, sang malaekat membawanya melewati istana tersebut. Sang wanita mulai berkhayal bahwa sebuah rumah lain yang lebih indah dan mewah dari istana ini sedang menanti dirinya.

Anehnya, mereka kini telah meninggalkan jalan utama yang besar dan memasuki sebuah lorong yang kecil dan pengap. Rumah-rumah di sekitar tempat ini nampak kecil dan amat sederhana. Namun perjalanan mereka masih belum berhenti di tempat ini. Sang malaekat masih membawanya meninggalkan jalan kecil ini memasuki gang sempit dan penuh lumpur. Akhirnya mereka tiba di ujung gang tersebut, di sebuah gubuk reyot yang amat kotor. Bau pengap kini menusuk hidung.

“Inilah tempat kediamanmu yang abadi di surga ini. Engkau akan menetap di sini sampai selama-lamanya.” Kata sang malaekat itu.

“Tidak mungkin… Tidak mungkin saya bisa hidup di tempat seperti ini.” Demikian protes sang perempuan tersebut. “Apakah anda tidak keliru membawa saya ke tempat ini?”

Dengan tenang dan penuh ramah sang malaekat berkata, “Kami hanya bisa membangun tempat penginapan di surga sesuai dengan berapa besar dana yang dikirimkan selama seseorang masih hidup di dunia. Dana yang anda kirimkan selama anda masih hidup di dunia hanya bisa dipakai untuk membangun gubuk sederhana ini. Terimalah, inilah satu-satunya harta kekayaanmu di surga.”

————-

Hidup kita yang singkat di dunia ini akan menentukan kehidupan kita kelak yang abadi nan kekal. Mari kita mengumpulkan harta di surga selagi masih berada di dunia ini.

“Buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua, suatu harta di sorga yang tidak akan habis, yang tidak dapat didekati pencuri dan yang tidak dirusakkan ngengat. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” (Luk 12:33-34)

P. Tarsis Sigho – Kaohsiung

31 Desember 2009

Hari ini adalah hari terakhir dibulan Desember, hari terakhir pula di tahun 2009.
Cepatnya waktu berlalu……
Menjalani hari demi hari dengan rutinitas yang nyaris ‘begitu-begitu’ saja, membuat kita terkadang tidak merasakan bahwa waktu terus bergerak maju tanpa bisa ditahan.
Tiba-tiba saja kita sudah sampai di penghujung tahun lagi.

Apa yang sudah kubuat sepanjang tahun ini ??
Rasanya nyaris tidak ada yang berarti,
kalau dibandingkan dengan prestasi para atlet yang mencetak rekor dimana-mana,
para musisi yang menghasilkan album yang meledak,
para artis yang membuat skandal besar,
para pelaku bisnis dan politisi yang berhasil mengegerkan masyarakat dengan kelakuannya,
atau juga para pelaku peledakan bom sungguhan yang berhasil menakut-nakuti warga Jakarta untuk beberapa waktu.

Yang kulakukan sepanjang tahun ini hanyalah melayani orang-orang disekelilingku.
Anak-anak dan suami.
Itupun bukan dengan jungkir balik ke pasar dan memasak, membersihkan rumah setiap hari.
Karena semua itu dikerjakan oleh mbak yang sudah ikut aku lebih dari 5 tahun dirumah.
Aku cuma menyediakan diri untuk menjadi teman ngobrol suami, dan ‘bankir keluarga’.
Ops .. jangan salah!!
Bukan karena uang yang harus dikelola demikian banyaknya, tapi justru sebaliknya.
Aku harus jungkir balik menjadi bankir yang mampu mengelola uang yang pas-pasan sedemikian rupa supaya bahtera ini tidak oleng.
Menjadi teman curhat anak-anak,
Mendengarkan impian mereka yang terkadang absurd,
Tapi terkadang juga menakjubkan.
Menjadi ‘herder’ pengingat mereka ketika kebablasan dengan games dan internetnya.
Cuma itu.

Lebih jauh sedikit, menjadi sekretaris suamiku
dalam menjalani tugasnya sebagai ketua wilayah.
Melayani para ketua lingkungan dengan curhatnya,
Mengantar undangan-undangan, titipan dari paroki, dari kategorial, dari panitia-panitia,
yang hanya kenal ketua wilayah saja.
Kadang-kadang gemes, baru sore ini keliling,
eh … malamnya datang lagi titipan yang harus dibagikan. Mbok ya sekalian tho ……
Tapi setelah dipikir, bahwa para kaling juga harus membagikan ke lebih banyak rumah,
Ya sudahlah …… namanya juga melayani, ya dijalani dengan senyum aja.
Meskipun senyum kecut….. hehehe 😉

Untuk beberapa orang sahabat,
Tahun ini rasanya merupakan rekor dalam menjadikan telingaku ‘keranjang sampah’.
Lebih dari 2 orang sahabatku menjadikan aku keranjang sampahnya setiap kali mereka punya masalah.
Padahal seingatku aku belum pernah membantu mereka hingga masalahnya tuntas.
Boro-boro menyelesaikan masalah orang lain, masalahku sendiri saja belum selesai-selesai.
Jadi setiap kali aku cuma mampu mendengarkan dan mendengarkan.
Meskipun telinga sudah panas karena sekali curhat sahabat-sahabatku itu bisa lebih dari 1 jam.
Tapi mendengar ucapan terima kasih mereka yang tulus ketika semua uneg-uneg sudah dikeluarkan, mampu membuat telingaku jadi dingin lagi.

Jadi apa dong yang sudah kulakukan sepanjang tahun ini ?
Ikut misa harian malah hampir tidak kulakukan sepanjang tahun ini.
Paling bisa dihitung dengan jari saja …..ah …..
Rosario dan doa-doa lingkungan …… hmm .. lumayanlah ….
Bahkan beberapa kali juga ikut di lingkungan lain yang mengundang kami berdua
Melayani anak-anak muda …..yaaa …lumayan membuat aku merasa ‘kembali muda’

Tapi yang tak putus aku lakukan sepanjang tahun ini
Adalah bersyukur dari hari ke hari
Untuk setiap saat, setiap menit, setiap detik yang telah mampu dilewati
Untuk kesehatan yang sungguh merupakan rahmat,
setelah tahun lalu harus bolak-balik kerumah sakit,
Untuk rejeki, yang meskipun jauh dari berlimpah,
Tapi sungguh sesuai dengan yang selalu kudoakan dalam Bapa Kami
……cukup untuk hari ini………
Betapa Tuhan sungguh pemurah dan menyayangi aku

Kini tinggal beberapa jam lagi
Maka tahun 2009 akan tinggal kenangan.
Aku tidak berani membuat resolusi yang terlalu tinggi dan muluk-muluk
Aku cuma berharap untuk bisa menjadi lebih baik lagi
Bagi keluargaku
Bagi sesamaku
Bagi sahabat-sahabatku
Dan terutama bagi Tuhan ku
Aku cuma berharap untuk mampu terus mensyukuri apapun yang aku terima
Dan tidak mengeluh untuk apapun yang menyulitkan

Terima kasih Tuhan, untuk tahun 2009
Mampukan aku untuk terus mensyukuri segala rahmatMu ditahun 2010

Selamat tahun baru 2010 !!!

Malabar, 31 Desember 2009 – 12:46

Beberapa hari dalam minggu  kemarin hari-hari saya dihiasi dengan berbagai hal yang berkaitan dengan kematian.

Mulai dari hari Sabtu, 31 Okt, nonton sinetron Cinta dan Anugerah, koq ya pas adegan Avian dan Cynthia meninggal bersamaan.  Dan sepanjang sinetron, cukup detail digmbarkan proses memandikan jenazah, perjalanan ke makam hingga dikuburkan.  Tentunya dengan diiringi isak tangis keluarganya.

Kemudian hari Minggu, 1 Nov, misa digereja memperingati Semua orang Kudus.  Otomatis juga menyangkut pada kematian.  Para orang kudus dinyatakan ‘Kudus’ setelah mereka meninggal.

Sore harinya, aku menghadiri ibadat peringatan 100 hari meninggalnya mama dari seorang teman.  Renungan yang diberikan mengenai bagaimana kita harus selalu bersiap sedia karena kedatangan kematian adalah seperti pencuri yang datang di malam hari.

Senin, 2 Nov malam, kembali aku menghadiri misa di gereja, Peringatan Arwah semua orang beriman. Kotbah romo otomatis mengenai kematian juga.  Bagaimana kita sebagai orang Katolik mengimani bahwa semua orang yang meninggal akan membutuhkan doa-doa kita yang masih hidup didunia untuk membantu mereka agar dapat segera masuk ke surga.  Khususnya mereka yang sedang dalam Purgatory (api penyucian).  Jika 1000 orang plus 6 romo yang ber konselebrasi mendoakan mereka, Insya Yesus, mereka segera mendapat pengampunan dosa dan bisa masuk surga.IMG00105-20091102-2102

Semua ini membuat saya berpikir.  Betapa benar bahwa kita yang hidup di dunia ini harus selalu berjaga-jaga.  Kematian tidak pernah bisa diperkirakan datangnya.  Bahkan orang yang sudah sakit kritis sekalipun, tidak bisa kita tebak kapan Tuhan sungguh menginginkan dia pulang.  Ada orang yang kritis berbulan-bulan dengan batuan segala obat dan alat.  Tapi ada juga orang yang hanya sakit perut ringan, dalam 2 hari dipanggil ‘pulang’.  Kalau sudah begitu, apa yang bisa kita bawa ketika menghadap Dia ?

Katanya, detik terakhir sebelum kematian, masih memungkinkan kita untuk bertobat. Seperti penjahat yang disalib di sebelah Yesus yang bertobat dan diampuni.  Tetapi apakah harus menunggu sampai detik terakhir baru kita mau bertobat ?  Karena ketika kematian sudah terjadi, semua sudah terlambat.  Arwah sudah tidak bisa meminta ampun sendiri pada Allah.  Maka menjadi kewajiban kita yang masih hidup di dunia ini untuk mendoakan mereka, memohonkan pengampunan dosa bagi mereka.  Dan sebagai gantinya, ketika mereka sudah tiba di surga, dan bergabung bersama para kudus disana, merekalah  yang akan mendoakan kita yang masih berkelana di dunia ini.

Betapa hidup ini amat singkat dan tak terduga.  Maka tidak ada salahnya pepatah yang mengatakan ‘hiduplah seperti engkau akan mati besok pagi’. Mengisi kehidupan dengan perbuatan baik, amal ibadah, rendah hati dan melayani sesama.  Sehingga apabila sungguh kita mati besok pagi, tidak ada lagi yang patut disesali.

End your day as if you’re dying tonite

Ask forgiveness and forgive your enemies

as if there’s no more time tomorrow.

and when the time comes

there will be no regret

*2 Nov – Peringatan Arwah Semua Orang Beriman*

Malabar, 3 November 2009 – 2.51 pm

Tags:

Come n join me @ dBC Network

April 2024
M T W T F S S
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
2930  

Blog Stats

  • 32,626 hits

Enter your email address to follow this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 5 other subscribers

Recent Comments

sitoingcantik on CATAMENIAL PNEUMOTHORAX
sitoingcantik on CATAMENIAL PNEUMOTHORAX
sitoingcantik on CATAMENIAL PNEUMOTHORAX
sitoingcantik on CATAMENIAL PNEUMOTHORAX
Andiswanda on CATAMENIAL PNEUMOTHORAX
WordPress.com

WordPress.com is the best place for your personal blog or business site.